1. Daun Di Atas Bantal
Daun di Atas Bantal adalah sebuah film Indonesia tahun 1998 yang disutradarai Garin Nugroho. Film ini menceritakan tentang seorang ibu yang bernama Asih (Christine Hakim) beserta tiga orang anaknya Heru, Sugeng, dan Kancil yang tinggal di jalanan kota Yogyakarta, Indonesia.
Film ini diproduksi oleh Christine Hakim, dan seharusnya selesai pada bulan Oktober 1997, tetapi akibat krisis ekonomi di Indonesia, maka akhirnya diselesaikan di Australia.
Dana penyelesaian datang dari beberapa sumber seperti Hubert Bals Fund, NHK dan RCTI. Selain itu film ini juga sudah dibuatkan untuk versi TV-nya.
Cerita ini berfokus di mana ketiga anak ini hidup dari menjual ganja dan hidup di jalanan dengan harapan bisa keluar dari kemiskinan mereka. Akar dari permasalahan mereka sebenarnya akibat Asih selalu tidak menghiraukan mereka. Setiap malam ketiga anak ini selalu berkelahi untuk memperebutkan Bantal Daun kepunyaan Asih. tetapi harapan mereka pupus, ketika takdir mereka berakhir tragis.
2. Laskar Pelangi
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan.
Diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ ini mencoba memperbaiki masa depan dengan menempuh pendidikan dasar dan menengah di sebuah lembaga pendidikan yang puritan. Bersebelahan dengan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dan difasilitasi begitu modern pada masanya, SD Muhammadiyah-sekolah penulis ini, tampak begitu papa dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka, para native Belitung ini tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.
3. Pintu Terlarang
Pintu Terlarang (Forbidden Door) merupakan film horor/cerita getaran Indonesia yang dirilis pada tahun 2009. Film ini dibintangi antara lain oleh Fachri Albar, Marsha Timothy, Ario Bayu, Otto Djauhari, Tio Pakusadewo, dan Henidar Amroe. Cerita film ini diadapasi dari novel berjudul Pintu Terlarang, karangan Sekar Ayu Asmara. Sekalipun di Indonesia dianggap kurang sukses, namun film ini ditanggapi positif di dunia Internasional saat perilisannya di banyak festival.
Hidup seorang pematung yang sukses bernama Gambir (Fachri Albar) mulai berantakan setelah dia mulai menerima pesan-pesan misterius dari seseorang yang meminta pertolongannya.
Dari sebuah tayangan TV illegal yang menempatkan kamera tersembunyi di rumah-rumah orang, dia mengetahui bahwa yang mencoba menghubunginya adalah seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang disekap dan disiksa oleh dua orang misterius.
Saat Gambir berusaha untuk mencari tahu di mana anak itu, dia curiga kalau istrinya yang bernama Talyda (Marsha Timothy) mungkin ada hubungannya dengan misteri yang sedang dia coba pecahkan. Tak lama kemudian, Gambir harus memilih, apakah menyelamatkan anak kecil itu atau kehilangan semua milik dan hidupnya.
Akhirnya Fachri pun mencari tahu siapa dan dimana anak kecil itu untuk diselamatkannya. Tapi, semua teka-teki membawanya ke sebuah pintu rahasia di dalam rumahnya sendiri, yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya, yang mungkin merupakan jawaban dari semua misteri.
4. The Raid
The Raid (sebelum diedarkan: Serbuan Maut) adalah film aksi seni bela diri dari Indonesia yang disutradarai oleh Gareth Evans dan dibintangi oleh Iko Uwais. Pertama kali dipublikasi pada Festival Film Internasional Toronto (Toronto International Film Festival, TIFF) 2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness, para kritikus dan penonton memuji film tersebut sebagai salah satu film aksi terbaik setelah bertahun-tahun sehingga memperoleh penghargaan The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award. Terpilihnya film ini untuk diputar pada beberapa festival film internasional berikutnya, seperti Festival Film Internasional Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film Glasgow (Skotlandia), Festival Film Sundance (Utah, AS), South by Southwest Film (SXSW, di Austin, Texas, AS), dan Festival Film Busan (Korea Selatan), menjadikannya sebagai film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.
Di jantung daerah kumuh Jakarta berdiri sebuah gedung apartemen tua yang menjadi markas persembunyian para pembunuh dan bandit kelas dunia yang paling berbahaya. Sampai saat ini, blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tidak tersentuh, bahkan untuk perwira polisi yang paling berani sekalipun. Diam-diam di bawah kegelapan dan keheningan fajar, sebuah tim elit polisi penyerbu berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu apartemen persembunyian tersebut untuk menyergap gembong narkotik terkenal yang menguasai gedung tersebut. Tapi ketika sebuah pertemuan dengan seorang pengintai membuka rencana mereka dan berita tentang serangan mereka mencapai sang gembong narkotik, lampu dalam gedung tiba-tiba padam dan semua pintu keluar diblokir. Terdampar di lantai enam dan tanpa jalan keluar, satuan khusus tersebut harus berjuang melawan penjahat-penjahat terburuk dan terkejam untuk bertahan hidup dalam misi penyerbuan tersebut.
0 Comments:
Posting Komentar